Rabu, 26 Mei 2010

Sakit Membawa Nikmat

Dan sesungguhnya akan Kami berikan cobaan kepadamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar (QS. Al-Baqarah: 155). Begitu banyak hal yang tidak kita inginkan tiba-tiba datang menimpa. Karena belum tahu ilmunya, semua itu sering menyebabkan tertekannya perasaan yang berujung pada penderitaan. Di antara hal yang biasa mendatangi kita adalah penyakit. Ya, saat-saat kita ditimpa sakit.

Adalah sesuatu yang lazim bila sebagian kita jatuh mengeluh tatkala sakit. Tubuh lunglai, wajah kuyu, dan pudar cahayanya. Padahal, semakin banyak kita mengeluh, maka akan semakin terasa pula sakitnya. Yang paling membahayakan adalah bila pikiran kita tidak terkuasai dengan baik. Biasanya menerawang jauh, realitas yang ada didramatisasi, segalanya dipersulit dan dikembangkan, hingga makin parah dan menegangkan.

Orang yang terkena gejala tumor misalnya, akan menjadi sengsara jika yang menjadi buah pikirannya adalah sesuatu yang lebih mengerikan dari kondisi sebenarnya. Ah, jangan-jangan tumor ganas. Bagaimana kalau merambat ke seluruh tubuh, sehingga harus dioperasi? Lalu, bagaimana kalau operasinya gagal? Belum lagi biayanya yang pasti akan sangat mahal. Bila hal ini terjadi, maka orang tersebut akan jauh lebih menderita daripada kenyataan sebenarnya. Hal ini terjadi karena kesalahan cara berpikir. Ia belum paham terhadap hikmah dari penyakit yang menimpanya, sehingga salah dalam menyikapinya.

Hasilnya jelas: rugi dunia akhirat. Sikap mental semacam ini tentu harus segera kita atasi. Memang benar badan kita harus sehat, karena hanya dengan badan sehatlah gerak hidup kita menjadi lancar. Kalau pun tubuh kita harus sakit, suatu saat nanti, maka hati kita harus tetap berfungsi dengan baik. Bagaimana cara menyiasatinya? Pertama, kita harus yakin bahwa hidup kita akan selalu dipergilirkan. Boleh jadi sekarang kita sehat, tapi esok hari kita sakit. Ini adalah sebuah keniscayaan. Allah SWT berfirman, Dan sesungguhnya akan Kami berikan cobaan kepadamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar (QS. Al-Baqarah: 155). Kedua, kita harus yakin bahwa segala yang ada dan yang terjadi di dunia ini ada dalam genggaman Allah SWT.

Kenyataan ini digambarkan dalam Alquran, Kepunyaan Allah-lah apa yang ada di langit dan di bumi. Sesungguhnya Dia mengetahui keadaan yang kamu berada di dalamnya (sekarang) dan (mengetahui pula) hari (saat manusia) dikembalikan kepada-Nya, lalu diterangkan-Nya kepada mereka apa yang telah mereka kerjakan. Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu (QS. An-Nuur: 64). Alam semesta berikut isinya benar-benar milik Allah SWT. Dialah yang menciptakan, mengatur, dan mengurusnya setiap saat. Sedangkan kita, jangankan membuat, menggambarnya saja sudah tidak mampu. Sekali lagi, semuanya ada dalam genggaman Allah SWT. Dan Allah SWT bisa berbuat apa saja yang Dia kehendaki, tanpa dapat dicegah, ditolak, dan dihalangi siapa pun.

Begitu pula kalau Dia menghendaki kita sakit. Itu adalah hal yang wajar, karena tubuh kita adalah milik Allah SWT. Kenapa kita harus kecewa dan protes? Ibarat seseorang menitipkan baju miliknya kepada kita. Kalau suatu saat diambil kembali, maka sangat tidak layak bila kita menahannya. Alangkah baiknya bila kita memilih ridha saja dalam menerima semua yang terjadi. Segala kekecewaan, penyesalan, dan keluh-kesah, sama sekali tidak akan menyelesaikan masalah. Tugas kita adalah ridha akan ketentuan-Nya dan berikhtiar seoptimal mungkin untuk berobat. Ketiga, kita harus yakin bahwa Allah itu sangat adil dan bijaksana dalam menentukan sesuatu hal bagi makhluk-Nya. Allah SWT Mahatahu akan keadaan tubuh kita. Semua yang ditimpakan kepada kita sudah diukur dengan sangat sempurna dan mustahil "over dosis".

Dalam Alquran disebutkan, Allah SWT tidak akan membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Ia mendapatkan pahala dari kebaikan yang diusahakannya dan mendapat siksa dari kejahatan yang dikerjakannya (QS. Al-Baqarah: 286). Karena itu, sangat tidak tepat bila kita membebani pikiran dengan mendramatisasi masalah apalagi sampai berburuk sangka kepada Allah SWT. Tentu, akan lebih baik bila kita kerahkan segala potensi yang ada untuk meraih hikmah di balik semua kejadian. Sahabat, bila kita telah memahami hikmahnya, maka sakit adalah sebuah takdir yang sangat menguntungkan karena akan menggugurkan dosa-dosa kita. Bukankah kita selalu merindukan ampunan-Nya? Inilah salah satu bentuk pengabulan doa-doa kita tersebut.

Rasulullah SAW bersabda, "Ketika seseorang ditimpa penderitaan (sakit), maka Allah mengutus dua malaikat kepadanya. Dia berfirman, 'Dengarkanlah apa kata hamba-Ku ketika ditengok orang-orang'. Jika ia mengucapkan alhamdulillah, maka Allah berfirman kepada dua malaikat tersebut, 'Sampaikanlah kepadanya, jika Aku mematikannya karena penyakitnya, maka ia pasti masuk syurga; dan jika Aku sembuhkan, maka pasti daging dan darahnya akan Aku ganti dengan yang lebih baik dari asalnya, serta Aku jadikan penderitaan (penyakitnya) sebagai penebus dosa-dosanya" (HR. Al-Faqih). Hikmah lainnya, sakit bisa dijadikan sebagai sarana bertafakur. Betapa tidak? Dengan sakit, kita dapat terhindar dari kemaksiatan yang mungkin akan kita lakukan dalam keadaan sehat.

Kita menjadi insyaf akan betapa penting dan mahalnya harga kesehatan yang seringkali kita sia-siakan ketika sehat. Selain itu, sakit pun bisa menjadi jalan rezeki bagi para dokter dan petugas kesehatan, sekaligus menjadi ladang amal bagi mereka bila ikhlas. Sedangkan bagi kita, berobat akan menjadi ladang pahala ikhtiar. Soal sembuh tidaknya, serahkanlah pada Allah semata. Insya Allah, pahala ikhtiar akan kita dapatkan sepanjang ikhtiar yang kita lakukan sesuai dengan ketentuan-Nya. Semoga Allah senantiasa menjaga, melindungi, serta memelihara kita dari prasangka buruk terhadap segala ketentuan-Nya. Semoga pula kita diberi kekuatan untuk mampu menikmati semua ketentuan yang Dia tetapkan pada kita. Wallahu a'lam bish-shawab.

Oleh: KH. Abdullah Gymnastiar

Tidak ada komentar:

Posting Komentar