Rabu, 26 Mei 2010

Tabah Menyikapi Musibah

Kuncinya, tumbuhkan keyakinan kepada Allah. Kita akan kuat menghadapi musibah segetir apapun, kalau kita segera kembali kepada Allah. Semakin cepat kembali pada Allah, maka akan semakin ringan. Semakin utuh dalam yakin kepada Allah, maka akan semakin tenang hati kita.

Dalam beberapa hari terakhir banyak yang berkonsultasi kepada saya tentang permasalahan hidup yang mereka alami. Ada yang terlilit utang. Ada yang anaknya terkena AIDS. Ada yang suaminya terkena penyakit mematikan, padahal mereka baru saja menikah. Ada yang terpukul karena suaminya selingkuh. Dan, ada pula yang patah hati karena putus cinta.

Saudaraku, ada saatnya kita akan ditimpa kepahitan dan kegetiran dalam hidup. Apalagi kalau kita simak janji Allah dalam Alquran bahwa manusia akan diuji dengan ketakutan, perasaan mencekam, atau panik. Karena itu, bila musibah itu terjadi, maka, segera bangkitkan kesadaran bahwa inilah episode yang harus kita dijalani. Kita tidak bisa lari bila waktunya sudah tiba. Jangan pernah lari dari kenyataan, karena hal ini tidak akan mampu menyelesaikan masalah.

Kedua, tatkala kesusahan menimpa, segera kumpulkan segenap kekuatan dan katakan, ''Saya tidak boleh gagal menghadapi ujian ini; saya tidak boleh hancur dengan ujian ini; hidup saya tidak boleh rusak dengan ujian ini; saya harus jalani semua ini dengan baik.'' Kalau kata-kata ini terus kita dengungkan, maka akan ada energi baru yang akan mendorong kita untuk bangkit dan tangguh menjalani semua musibah tersebut. Dalilnya, ''Aku adalah sesuai dengan prasangka hamba-Ku.''

Ketiga, yakinlah bahwa segala sesuatu pasti ada ujungnya. Setiap ujian akan berakhir, tidak mungkin akan abadi sepanjang kita hidup. Allah SWT akan menguji manusia berepisode-episode. Dalam QS Al-Baqarah ayat 184 disebutkan, Allah tidak akan membebani hamba-Nya, melainkan sesuai dengan kemampuan hamba tersebut. Ingatlah akan janji Allah bahwa sesudah kesulitan pasti akan ada kemudahan; pasti bersama kesulitan itu akan ada kemudahan (QS Alam Nasyrah [94]: 5-6).

Kita pun bisa melihat orang yang ditimpa kesulitan lebih hebat, tapi mereka tetap kuat. Lihatlah bagaimana beratnya Bilal bin Rabah disiksa dengan himpitan batu besar di tengah padang pasir yang panas, ternyata ujian ini pun berakhir, dan beliau menjadi seorang manusia yang dihormati.

Keempat, teguhkan dalam hati bahwa saya harus mendapatkan nilai tambah dari penderitaan ini. Allah tidak akan pernah zalim kepada hamba-Nya, pasti ada hikmah di balik setiap kejadian. Ada berjuta kenikmatan yang menanti kita di ujung penderitaan ini, dan kita mesti mendapatkannya. ''Berakit-rakit ke hulu, berenang-renang ke tepian, berjuang terlebih dahulu, bersenang-senang kemudian.''

Kita bisa melihat orang yang siap menghadapi ujian, ia senang karena di akhir ia akan diwisuda. Lihat seorang yang mendaki gunung tinggi, ia senang karena akan melihat pemandangan indah di puncak. Karena itu, fokuskan keberuntungan yang akan kita raih di masa datang.

Kuncinya, tumbuhkan keyakinan kepada Allah. Kita akan kuat menghadapi musibah segetir apapun, kalau kita segera kembali kepada Allah. Semakin cepat kembali pada Allah, maka akan semakin ringan. Semakin utuh dalam yakin kepada Allah, maka akan semakin tenang hati kita. Dalam Alquran, Allah SWT berjanji akan membahagiakan orang-orang yang sabar, yaitu yang tatkala di timpa musibah, ia bulat kembali kepada Allah. Dan sampaikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar. Yaitu mereka yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan, ''Sesungguhnya kami adalah kepunyaan Allah, dan kepada-Nya kami akan kembali.'' (QS Al-Baqarah [2]: 155-156)

Kenapa kita menderita walau hanya karena persoalan kecil? Sebabnya, kita tidak berhasil secepatnya mengembalikan urusan pada Allah SWT. Contoh yang kehilangan kendaraan, semakin ingat kendaraan akan semakin sengsara pula batin kita. Harusnya kita lebih ingat kepada Allah yang memberikan kendaraan tersebut, bukannya lebih ingat pada kendaraan. Ingat ke kendaraan milik saya, akan berat. Ingat ke kendaraan milik Allah, akan lebih ringan. Wallahu a'lam bish-shawab.

Oleh: KH Abdullah Gyimnastiar

Tidak ada komentar:

Posting Komentar